WELCOME...SELAMAT DATANG....NGIRING SIMPANG

demen atine nyingakin semeton sareng sami driki ring blog buuk tiyang...
sampunang engsap ngisinin tulisan ring genah drike
suksma

wow..so glad to see u in my blog...feel free to see and read my blog

dont forget to put ur comments...

thanks....

Friday, August 13, 2010

APOLOGIZE

--Everyone is always looking for great apology ideas or to learn from the mistakes others have made. This is the place to share your successes and failures, tell us your story, and help us all improve our apology skills--



malam ini gw ga tau pengen nulis apa..tapi disaat gw termenung sendirian..gw teringat satu kata yang sering banget kita ucapin tapi kita kadang kagak pernah memaknai kata itu sendiri...sadar ga??

banyak banget kejadian dalam hidup kita yang ujung2nya kita pasti ngucapin kata ini..dimana akhirnya bisa baek ato malah memperburuk keadaan..ehmmmm...sakti banget ya kata ini..hehehhe

bagi sebagian orang kata ini bener2 kata yang sangat ampuh utk meluluhkan orang yang sedang ada masalah dengan kita..tapi terkadang terlalu gampang kita mengucapkan tapi gampang pula kita melupakan ato bahkan mengulanginya lagi...let ask ourself!!!

SAYA MINTA MAAF YA...I APOLOGIZE

kata itu sering banget kita denger dari bibir setiap orang termasuk gw..terlalu sering..dalam sehari mungkin lebih dari 1000x kita bilang itu...terkadang terlalu gampang kita mengucapkan..karena hal kecil pun kita pasti minta maaf,,,tapi gimana kalo kata itu harus ada dalam masalah yang gede

lets we discuss it,,i will say my whole opinion about that...if u have different ideas..just put it..i'll be glad to hear from u people...

dalam konteks masalah yang gede..kata maaf itu sangat berarti karena bagi yang berbuat salah itu merupakan obat utk bisa membuat hubungan itu kembali normal ato sembuh..tapi terkadang kita mengatakannya tidak pada saat yang tepat..dengan kata laen kata maaf itu sudah terlambat utk diucapkan walau menurut gw tidak ada kata terlambat utk mengucapkannya...karena itu tergantung dari niat orang itu sendiri utk mengucapkannya..

apa kita pernah langsung mengucapkan kata itu disaat itu juga disaat kita melakukan kesalahn yang menurut kita benar...pasti kita mikir dulu,,tapi disaat itu juga ada orang yang terluka karena tindakan dan perkataan kita...mungkin disaat itu mereka mengharapkan kita mengatakan kata maaf itu seketika..tapi selama ada niat baek dari kita utk meminta maaf..pintu maaf selalu ada...sudah seharusnya kita sesama manusia saling memaafkan..karena Tuhan sendiri pemaaf..apa kita sebagai manusia tidak bisa...

gw pernah denger ada lagu yang mengatakan kata maaf itu sudah terlambat karena itu ada tidak pada waktunya..coba kita dengerin lagunya



dan gw sebutkan sepenggal liriknya

You tell me that you need me
Then you go and cut me down, but wait
You tell me that you're sorry
Didn't think I'd turn around, and say...
It's too late to apologize, it's too late
I said it's too late to apologize, it's too late

so,,menurut gw,,tiap orang itu punya cara tersendiri dalam mengaplikan kata itu dan menerapkannya...banyak orang yang bener2 susah memaafkan kesalahan orang laen..dan biasanya itu terhadap pasangan masing2..hehehehe

tapi jangan kuatir guys...minta maaf itu ga hanya lewat kata2...

terkadang orang2 yang melakukan kesalahan melakukan beberapa cara utk meminta maaf kepada seseorang...ehmmm,,,menurut gw ada beberapa cara

Apology Gifts :::
Apology gifts add that 'extra touch' to your apologies. Keep in mind that they absolutely aren't necessary for an apology to be effective. What makes them so special (and something to consider when thinking about ways to say sorry) is that they are NOT necessary or expected. Just make sure when giving a gift that it is given WITH an apology and is not THE apology itself.

Music and Song Lyrics :::
Quoting song lyrics in a letter can also enhance your apology, for many of the same reasons. The added advantage of using song lyrics is that you can include the song on a custom made CD (or, even better, an Ipod) as a gift to go along with the apology.

For example, Chicago's "Hard to say I'm sorry" has some beautiful lyrics about promising to make things right again.

"After all that we've been through,
I will make it up to you. I promise to."

itu beberapa cara dari gw..itu biasa gw lakuin kalo mau minta maaf..hehehee

so,,secara minta maaf itu susah banget utk dilakuin...pikir2 dulu sebelum bertindak sebelum melakukan sesuatu agar tidak ada orang yang disakiti..dan kita pun tenang dalam bertindak..

everyone make a mistake..but we can minimize it..dont do any stupid things which could embrace ur self

semua yang kita lakukan berasal dari pikiran kita..pengendalian diri sangat diperlukan..mari kita belajar bersama utk itu..dan mari kita ciptakan perdamaian di dunia..alangkah indahnya dunia jika kita bisa saling memaafkan dan saling mengerti satu sama lain

Saturday, August 7, 2010

TRUST and HONESTY

malam ini gw seperti mendapat inspirasi untuk menulis di blog ini,,gw bener2 memanfaatkan ini utk berkeluh kesah tentang hal2 yang gw temui dalam hidup...hal2 yang bener2 mengajarkan gw tentang sesuatu dimana hal itu bisa membuat gw belajar utk bisa lebih bagus kedepannya...

banyak hal yang kita temui dalam hidup ini dimana hal2 itu membuat kita belajar dan berpikir utk bertindak,gimana nantinya kita akan melangkah,,apa itu bener apa ga...banyak hal2 yang terjadi dalam kehidupan kita dimana kita mungkin hanya menganggap hal lalu,,tapi banyak orang juga yang belajar dari hal2 yang sudah mereka alami dan temui dalam hidup ini

di tulisan ini gw pengen banget membahas tentang arti dari kepercayaan(trust) dan kejujuran (honest)...2 kata itu sebenarnya punya arti yang saling berkaitan satu sama lain..menurut gw lo ya..gw ga tau menurut kalian gimana,,every single person has many opinions about those words,,i wouldnt force u to accept what i will say,i just want to share my opinion and what i think about 2 priceless words...

TRUST..KEPERCAYAAN

kata ini bener2 bisa buat orang merasa jadi percaya diri dan terkadang karena kata itu orang bisa jatuh ke dalam lubang yang sangat dalam...
kepercayaan itu satu kata yang diincar semua orang di dunia dalam mengerjakan sesuatu,,doing some activities perhaps will get the trust from someone who give u the task..am i right??
kepercayaan itu bisa kita raih tidak dalam jangka waktu yang sebentar,,tidak juga bisa kita beli dengan uang,,eventough we are rich enough to buy an island,,but we cant buy the trust,,,DEFINITELY NO...
kata itu akan hadir dengan sendirinya seiring dengan apa yang sudah kita lakukan dan hasilkan,,mereka akan percaya setelah melihat hasil dalam jangka waktu tertentu...
kerja keras dan usaha sangat diperlukan disini utk meraih kepercayaan itu karena kalo kita sudah kehilangan kepercayaan itu...wah..wah
akan susah banget kita utk ,meraihnya...karena orang2 kebanyakan berprinsip..."TIDAK AKAN ADA KEJADIAN YANG SAMA UTK KEDUA KALINYA"

pintar2lah menjaga kepercayaan yang sudah diberikan kepada kita,,jangan hianati kepercayaan itu...karena sekali itu hilang maka diperlukan waktu yang lebih panjang lagi utk meraih kata itu lagi...bener kata orang "MENCARI ITU LEBIH GAMPANG DARIPADA MEMPERTAHANKAN"



gw punya pengalaman nie tentang kata ini...pengalaman yang jelek banget sich sebnarnya,tapi itu bener2 melekat diotak gw sampai sekarang walaupun kejadian ini sudah berlalu more or less 8 tahun...lebih tepatnya waktu gw sma..masa2 dimana kta orang masa menemukan jati diri...kejadian ini benr2 buat gw belajar sampai skg dan bener2 bisa buat gw more aware to protect this word
kejadiannya kayak gini
suatu malam di rumah,,gw and kakak gw baru dateng dari jalan2 dan kita beli nasi goreng+puyung hai...kakak gw nyuruh gw nyiapin makanan itu while dia bawa masuk barang2 belanjaan...saat gw uda nyiapin ternyata saos puyung hai nya kurang dan gw emang ga tau kenapa bisa kurang...saat itu kakak gw marah ma gw dan mengatakan "gimana bisa ga ada dik,mana orang percaya kalo kamu ngomong ga ada karena jelas2 tadi ada..dik,kmu harus inget kalo kepercayaan itu mahal harganya dan itu ga bisa dibeli oleh apapun,,kalo itu uda hilang,,,wah..wah...kamu cari kemana lagi akan susah,,butuh perjuangan double untuk meraihnya lagi,,kalo seperti tadi kan uda jelas ga mungkin,.,ibaratnya kerja,,kamu uda ga dipercaya lagi menangani kasus ato masalah tertentu oleh perusahaan"

kalian bisa bayangin,gw waktu itu sma kelas 1 dan uda dikasi omongan seberat itu ma kakak gw yang notabene adalah orang yang bener2 memotivasi gw sampe skg dan gw bisa stand as a good man today..dia adalah orang yang membiayai kuliah gw ke australia...i proud of u despite ur words before..heheheeheh

tapi omongan itu ampe skg melekat di pikiran gw dan buat gw bener2 aware utk menjaga kepercayaan yang uda diberikan kepada gw siapapun itu dan apapun bentuk kepercayaan itu
gw bener2 berterima kasih sama orang2 yang uda berjasa dalah kehidupan gw dan uda mendidik gw hingga bisa jadi seperti ini...

HONESTY...KEJUJURAN



kata ini juga punya arti yang sangat dalam karena utk melakukannya dibutuhkan keberanian yang cukup,,tidak semua orang bisa mengucapkannya sepenuh hati dan setulus hati...
kebanyakan dari kita dan termasuk juga saya sendiri pernah mengatakan yang tidak jujur.
orang yang jujur adalah orang yang ksatria dan berani mengakui kesalahannya sendiri dan bener2 bisa jujur pada dirinya sendiri...jarang banget orang yang bisa seperti itu..
gw diajarkan oleh almarhum bokap utk bisa dan selalu harus seperti itu,,karena itu akan memperingan jalan kita,,tanpa kebohongan jalan kita tidak akan ada hambatannya...banyak orang bilang kalo kejujuran itu terkadang menyakitkan karena hal yang seharusnya tidak diketahui akhirnya diketahui dan itu ternyata menyakitkan..
tapi tidak ada yang lebih baek daripada kejujuran...utarakanlah..jangan ragu



bokap berpesan sama gw agar kepada siapapun kita berbicara sudah seharusnya jujur...apalagi menasehati sodara yang lebih kecil,,katakan sejujurnya,,karena itu akan menambah nilai pada diri mereka dan kita pun akan tenang karena tidak berbohong,,,sekali kita berbohong maka kita akan selalu berbohong utk menutupi kebohongan tadi,,itu pesan dari rektor gw (ibu Nevi Danila)..beliau adalah orang yang baek dan juga bijaksana...trima kasih ibu


in summary...hahahaa
uda kayak dalam report ato kuliah aja
jadi 2 kata itu bener2 berkaitan...in my opinion
utk meraih kepercayaan orang kita harus jujur dulu sama diri kita sendiri dan orang lain...
jika kita sudah bisa seperti itu maka kepercayaan orang bisa kita raih dan jalan yang akan kita hadapi akan lebih tenang tanpa adanya kebohongan2 yang laen

mari kita coba dan renungkan..semoga kita bisa mengamalkan itu dengan baek
saya pun masi dalam proses utk bisa seperti itu...tanpa belajar tidak akan ada hasil apapun

Tuesday, August 3, 2010

PRESERVE OUR CULTURE AND RELIGION (BALI ISLAND)

ARTIKEL INI GW AMBIL DARI SALAH SATU SOURCE DI INTERNET,,DAN SETELAH GW READ THROUGH..SEDIH BANGET MELIHAT KONDISI DAERAH SENDIRI DAN SEDIH MELIHAT ORANG2NYA...GW GA MAU DAERAH GW HANCUR DAN MEJANDI PEMBANTU DI RUMAH SENDIRI...



Bali dengan luas hanya 5.632 km2 merupakan sebuah pulau kecil diantara 17.778 pulau lainnya di Indonesia, yang secara geografis tidaklah begitu berarti. Meskipun Bali dapat digolongkan sebagai salah satu pulau terpadat dengan jumlah penduduk 3,3 juta jiwa, namun populasi orang Bali yang tinggal di Bali menurut konsensus penduduk tahun lalu hanya sekitar 60 %-nya saja. Dari total orang Bali yang tinggal di Bali saat ini, sudah 10 % diantaranya meningalkan agama leluhurnya, Hindu.

Bali pada dasarnya adalah pulau miskin yang tidak memiliki kekayaan alam kecuali hasil pertanian dan perikanan yang juga tidak terlalu besar. Dari segi politik, Bali juga tidak memiliki peran yang berarti di kancah nasional karena wakil rakyat Bali yang duduk di DPR/MPR hanya sekitar 5 orang dari total 1000 orang anggota DPR/MPR. Dari segi pertahanan dan keamanan juga sangat tidak mendukung. Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, Bali diserang dan dihimpit dari arah Banyuwangi dan dari Lombok oleh kerajaan-kerajaan Islam waktu itu. Mungkin karena faktor keberuntungan akibat datangnya Portugal dan Belanda yang mengakibatkan gempuran kerajaan Islam pada waktu itu melemah dan Belanda membuat undang-undang khusus untuk melesarikan budaya Bali yang memang sangat endemik, sehingga baik kaum dakwah dan misionaris tidak diijinkan mengkonversi agama orang-orang Bali.

Faktor pendukung yang menguatkan posisi Bali hanyalah kebudayaan dan alamnya yang sangat mempesona serta masyarakatkan yang sangat ramah dan terkenal jujur sehingga tidak salah kalau “dulu” pulau Bali dijuluki “The paradise island”, “The island with thousand temple”, “God island”, “The morning of the world” dan lain sebagainya. Namun, masihkan Bali layak mendapat julukan seperti itu?



Bali tidak seperti dulu lagi. Kemanakah tempat-tempat suci yang penuh keheningan? Kemanakah kejujuran dan keramahan orang Bali saat ini? Kemana keindahan alam pulau Bali?

Bangunan-bangunan pura nan megah sudah disulap menjadi tempat pariwisata yang mengesampingkan “taksu”/roh dari pura itu sendiri. Kehikmatan umat dalam bersembahyang harus dikesampingkan demi kepentingan para turis asing. Upacara keagamaan semakin marak dan semakin marak, tetapi kemanakah makna dari upacara tersebut? Ceramah dan propaganda agama semakin marak menyerang Bali, tetapi sudahkah hal tersebut menghasilkan output yang positif bagi moralitas dan keajegan Bali jati mula?

Saat ini kafe remang-remang menjamur bak musim hujan. Kriminalitas, narkoba, mabuk-mabukan, kenakalan remaja dan sex bebas sudah merambah ke desa-desa. Betapa tidak, saat terakhir saya pulang ke Bali, 1 bulan yang lalu saya menyaksikan beberapa orang teman saya yang dulu saya kenal sangat pendiam dan baik ternyata harus segera dinikahkan karena pasangannya “beling malu”/hamil pra nikah. Bahkan istilah ‘ngecharge HP ke kafe” sudah merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi sebagian besar pemuda Bali. Yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk mencari wanita penghibur di kafe-kafe yang memang sangat marak saat ini.

Artinya, saat ini orang Bali sudah tergerus dalam efek negatif pariwisata, mengalami kegamangan, kebingungan dan kehilangan pondasi dasar dalam menghadapi perubahan yang demikian cepatnya. Akankah “legenda manusia Bali” akan menjadi sejarah?

Kenapa Bali bisa menjadi seperti saat ini?

Dimana ada gula, disana pasti semut akan berkerumun. Demikian juga dengan Bali, meski tidak memiliki kekayaan alam yang melimpah, tetapi legenda pulau Bali sebagai pulau surga yang mampu menggaet jutaan pariwisata asing dan domestik setiap tahunnya juga memancing gelombang pendatang yang memasuki pulau Bali, sehingga tidaklah mengherankan jika saat ini jumlah pendatang di Bali sudah mencapai 40% dari seluruh penduduk pulau Bali. Parahnya, orang Bali ternyata tidak mampu bersaing dengan para pendatang. Meskipun SDM orang-orang Bali berada di atas rata-rata, namun sering kali kepentok oleh adat dan lingkungan yang tidak memungkinkannya berkembang. Para investor dan pemilik usaha sering kali lebih memilih SDM yang bukan orang Bali karena mereka lebih fleksibel dan tidak menuntut waktu libur yang banyak.

Orang Bali jangan bangga kalau Bali merupakan penghasil devisa terbesar di Indonesia, jangan bangga bahwa Bali adalah pulau kaya dan megah. Tidakkah orang Bali tahu bahwa hotel-hotel nan megah, kafe-kafe dan bahkan alam tempat wisata yang indah sudah dikuasai oleh orang asing? Orang Bali hanya pembantu di rumah mereka sendiri. Mereka bangga dijadikan tontonan yang tidak ubahnya seperti topeng monyet dimana sebenarnya penikmat utama dari duit yang masuk ke Bali adalah investor.

Sikap feodal yang membawa orang Bali menjadi manja dan tidak mau bekerja keras juga merupakan hal utama dalam memukul mundur Bali itu sendiri. Semua sektor informal yang dipandang “rendah” tetapi merupakan sektor yang paling mampu mengeruk kekayaan Bali dikuasai oleh pendatang. Pedagang sate, bakso, martabak dan pedagang kaki lima lainnya rata-rata dikuasai pendatang. Pasar senggol dipenuhi oleh pedagang pendatang. Dan bahkan tidak jarang kita temukan penjual banten adalah warga pendatang yang bukan orang Bali dan bukan juga orang Hindu. Sehingga tidaklah salah kalau orang mengejek orang Bali dengan mengatakan; “Orang Bali menjual tanah untuk membeli bakso dan pendatang menjual bakso untuk membeli tanah di Bali”. Karena sikap manja dan tidak mau bekerja kasar ini jugalah yang menyebabkan banyaknya buruh di sektor pertanian yang diisi oleh pendatang dan orang Bali sendiri dapat dikatakan sebagai “pengangguran terselubung”.

Sikap senang melihat saudara susah dan susah melihat saudara senang juga merupakan penyakit kronis yang sudah menghinggapi orang Bali. Tidak jarang sikap iri dan dengki ini dilampiaskan melalui aji ugig/pengiwa/ilmu hitam. Jika ada seorang warga banjar yang nampak sukses dan karena kesibukannya tidak mampu secara rutin mengikuti kegiatan banjar, maka dengan gampangnya orang tersebut dipersalahkan, dipergunjingkan bahkan tidak jarang yang “kutang banjar”. Namun anehnya di balik iri dan dengkinya terhadap saudara sendiri, dia menerima pendatang dengan sangat welcome. Mendirikan pasraman / ashram dan sejenisnya sulitnya minta ampun, padahal sama-sama orang Hindu dan juga Bali. Tetapi membangun tempat suci agama lain difasilitasi dengan baik karena alasan tolerasi. Apakah tolerasi hanya berlaku bagi pendatang dan tidak berlaku bagi warga lokal?

Institusi lokal yang seharusnya menaungi dan melindungi Bali tidak mampu berperan, bahkan kesannya cenderung menekan dan menghancurkan. Awig-awig desa adat sering kali menjadi self destruction. Banyak masyarakat Bali yang harus keluar dari adat dan meninggalkan Hindu karena konflik dengan adat dan dengan upacara-upacara adatnya. Parisada yang seharusnya menjadi pengayom dan pembimbing umat sudah mandul. Berbagai macam kasus yang seharusnya ditindak secara proaktif oleh parisada tidak juga kunjung dilakukan. Kasus penghancuran pura di Sanur oleh investor, pembuatan “pura tipuan” oleh para misionaris Kristen, penistaan simbol-simbol Hindu dan permasalahan sosial lainnya tidak mampu dipecahkan oleh parisada. Tidakkah yang duduk di dalam parisada adalah orang-orang intelek yang mampu menyetir Hindu dan Bali pada khususnya kearah yang benar?

Bapak Satya Narada juga sudah dengan giatnya mengumandangkan “Ajeg Bali” lewat media miliknya, Bali TV. Tetapi dalam perkembangannya Ajeg Bali ternyata hanya sebuah wacana yang tidak lebih dari pada sebuah bahasa para dewa yang tidak applicable di masyarakat. Bahkan tidak jarang moto Ajeg Bali berujung pada ajang bisnis semata.

Suatu kondisi labil seperti ini menghantarkan orang Bali kepada keinginan untuk berubah. Namun, perubahan kearah mana yang akan dituju? Setiap kondisi kesusahan dan penyakit selalu dikait-kaitkan dengan hal-hal yang diluar nalar. Pergi ke orang pintar untuk “meluasan” dan melakukan upacara-upacara besar yang tidak diiringi oleh keiklasan, filsafat dan sikap untuk memperbaiki tingkah pola diri sendiri pada akhirnya membuat orang Bali tambah miskin, miskin harta, miskin rasa dan miskin filsafat.

Beramai-ramai mencari trah dan kawitan dengan harapan masuk kedalam golongan Tri Wangsa juga merupakan tren yang sedang hangat-hangatnya saat ini. Tidakkah mereka sadar bahwa Tri Wangsa yang merupakan bentuk lain dari sistem Kasta sangat bertentangan dengan hukum dalam Agama Hindu? Bangga akan leluhur dan dapat menjadikan kebanggaan tersebut sebagai modal untuk menyongsong masa depan yang lebih baik adalah hal yang sangat positif, tapi bagaimana jika kebanggaan tersebut membangkitkan egoism sempit dan menghancurkan diri sendiri?

Dengan kehidupan yang selalu di jejali upacara untuk menyupat buana agung (alam ini) yang nilainya tidak dapat dikatakan murah, tetapi tidak dibarengi dengan filsafat demi mengendalikan buana alit (diri sendiri) membuat manusia Bali semakin miskin moral. Sehingga dengan kondisi seperti ini tidaklah mengherankan jika orang-orang Bali yang sedikit lebih intelek berusaha lari mencari pencerahan. Yang beruntung mungkin menemukan warna yang berbeda dari Hindu yang ada di Bali, namun yang kurang beruntung akhirnya hijrah ke agama yang lain.




Bagaimana mengembalikan Jiwa Bali seperti sedia kala? Mari kita kembalikan jati diri kita sebagai orang Bali. Jati diri atau sifat khas orang Bali adalah sifat-sifat dasar, norma-norma, kepercayaan dan tuntunan hidup mendasar yang seharusnya melekat pada setiap orang Bali. Kita tidak boleh lupa bahwasanya budaya Bali dibangun dengan spirit Hindu, jika spirit ini hilang, pulau Bali dan orang-orang Bali tidak ubahnya seperti perangkat keras yang tidak memiliki software yang tepat.

Agama Hindu dimana saja diseluruh dunia bersumber dari kitab suci Veda. Dan dalam perkembangannya ajaran Hindu pecah menjadi dua kelompok utama, yaitu :

1. Kelompok Mimamsa atau kelompok Brahmana. Ajarannya adalah tentang Upacara (Yadnya). Sehingga tidak heran dalam kelompok ini terdapat banyak Yadnya, yang selanjutnya di Bali menjadi banyak banten dan binatang yang dikorbankannya, mulai dari Banten Saiban, Mesegeh, Caru dan puncaknya adalah Tawur, dalam tingkatan Kanista, Madya dan Utama. Pada awalnya ajaran ini merupakan perpaduan antara ajaran Veda yang otentik dengan peradaban lembah sungai Sindhu. Dari ajaran ini lahir bentuk – bentuk upakara dan turunannya.
2. kelompok Vedanta adalah kelompok yang dalam prakteknya tidak mengunakan banyak upacara, tetapi lebih pada Meditasi, filsafat dan Bhakti dan sering pula dikenal dengan kegiatan Kirtanam, Smaranam, pudja dan sedikit agni hotra.



Pada abad ke X, dibawah pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh, aliran-aliran yang berkembang di nusantara bersatu menjadi Agama Saiwa Sidhanta atau yang populer disebut “Pengider – ider” (Dewata Nawa Sangga) artinya, semua dewa – dewa dipuja menjadi satu kesatuan dalam Upacara – Upakara, puja dan tata letak yang kita kenal Tiga Kerangka Agama yaitu, Tattwa, Susila dan Acara, wujudnya dalam ruang lingkup Panca Yadnya.

Ajaran Saiwa Sidhanta inilah yang berkembang di Bali menjadi Agama Hindu Bali dengan segala peraturan pelaksanaannya yang melahirkan Budaya Bali yang membedakan corak dan wajah agama Hindu di India, di Jawa, Sumatera, Kalimantan Sulawesi, dan lain-lain.

Yang dimaksud Agama Hindu Bali disini adalah Agama Hindu yang dilaksanakan dalam koridor Kebudayaan Bali, yang seluruh aktivitasnya berada di Desa Adat / Pekraman. Dengan demikian bagaimana cara mengembalikan kebudayaan Bali kedalam identitasnya yang sejati?

Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat Bali harus kembali membolak-balik kitab suci Veda yang merupakan dasar yang paling mendasar dari seluruh kerangka dan pondasi budaya Bali. Kembali menerapkan ajaran Veda dengan baik dan dengan tegas memberhanguskan tindakan dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan prinsip-perinsip Veda.

Pelaksanaan upacara dan seluruh ritual adat harus dikembalikan kedalam koridor ajaran Veda. Para kaum brahmana tidak boleh melakukan upacara-upacara besar demi bisnis “banten” semata. Awig-awig (hukum) adat juga harus selalu bersandar pada prinsip-prinsip Veda. Jangan sampai pembuatan awig-awig ditunggangi oleh kepentingan sesaat yang bersifat pribadi.

Tempat-tempat suci dan juga pura keluarga tidak hanya dijadikan sebagai media upacara, tetapi dikembalikan ke fungsinya yang lebih luas, yaitu sebagai tempat bermasyarakat dan belajar filsafat sehingga antara upacara dan filsafat dapat berjalan secara balance. Sehingga pada akhirnya filsafat Hindu yang menelurkan etika Hindu harus diterapkan oleh masyrakat Bali dan diimplementasikan secara menyeluruh kedalam semua sisi adat dan budaya di Bali.

Ingatlah, Bali yang tanpa Hindu, Bali yang tanpa filsafat, tempat suci, masyarakat desa pakraman, yang hilang keramahtamahannya adalah Bali yang telah lenyap. Adalah kewajiban kita semua sebagai masyarakat Bali untuk mengembalikan Bali menjadi lebih baik.

Sumber:

Ditulis atas inspirasi yang disampaikan oleh Prof, Dr. Ida Bagus Gunadha, MsI



GW BERTERIMA KASIH KEPADA BAPAK IB GUNADHA YANG TELAH MAU MENGURAS PIKIRAN UTK MENULIS INI,,GW SEBAGAI ORANG BALI INGIN MENERUSKAN TULISAN INI AGAR SEMUA WARGA BALI TAU GIMANA KONDISI KITA SEKARANG..MARI KITA BANGUN DAN JAGA BALI
ITU RUMAH KITA..JANGAN BIARKAN RUMAH KITA DIAMBIL...